Renungan Harian | Cerita Inspirasi dan Motivasi | Lirik Lagu Rohani | Kidung Jemaat | Foto-foto | Kumpulan Partitur Koor | Teknik Vokal | video of SP-HKBP SELAMAT DATANG DI OFFICIAL SITE SEKSI PEMUDA HKBP HELVETIA MAWAR, SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA, GOD BLESS US!!! FUNGSI KOOR DI GEREJA HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN (HKBP) HELVETIA MEDAN - SEKSI PEMUDA HKBP HELVETIA RESSORT HELVETIA MEDAN
Loading...
Thursday, September 4, 2014

FUNGSI KOOR DI GEREJA HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN (HKBP) HELVETIA MEDAN

FUNGSI KOOR DI GEREJA HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN (HKBP) HELVETIA MEDAN



ABSTRAK

In this research observed about the function of choir in Huria Kristen Batak Toba church in Helvetia Medan. In order to answer this, the writer will use the qualitative method by using the interdicipline theories. The result of this research shows that the choir in the church of HKBP has ‘important’ function and role. This ‘important’ choir in HKBP church  can be seen from the implementation of the worship service weekly, this choir always on the service. This choir is not only for entertaining but also has Didaktis (Teaching) function in imparting the words of Jesus Christ. This church sees that choir as the learning process to learn about Jesus Christ (Ephesians 5: 18-19). That is why, there should be no choir in worship service in church weekly in HKBP Helvetia so through with HKBP generally, it can be seen from what exactly is the nature of the sight of the church choir. When the nature of choir is only a source line of  the ‘problem’ and created a ‘split’, it’s better to eliminate the choir from the worship service.
________
Keywords: function, choir, music church, HKBP Helvetia

1. PENDAHULUAN
Di dalam sejarah perkembangan musik gereja dari jaman Perjanjian Lama sampai dengan jaman modern saat ini, kita dapat melihat bahwa dalam masing-masing jaman atau pergerakan terdapat konsep berpikir yang berbeda dalam bentuk dan gaya musik gereja.
Musik gereja dari waktu ke waktu semakin berkembang, baik dari segi fungsi maupun strukturnya. Bila dilihat pada masa awalnya, musik gereja yang digunakan dalam Gereja Ortodoks dan Katolik dengan memakai modus gerejani dalam penggarapan musiknya.  Modus gerejani tersebut adalah: dorian, frigian, lidian, miksolidian, eolian, dan ionian.  Modus-modus musik gereja ini sering ditemui pada masa Yunani dan Romawi yang kemudian sebagai sumber kebudayaan Barat. 
Seiring dengan perkembangan jaman, bentuk dan struktur musik gereja termasuk di dalamnya nyanyian ibadah mulai berkembang ke arah yang inovatif, yaitu: nyanyian yang lebih disederhanakan agar lebih mudah untuk dinyanyikan jemaat.  Nyanyian ini merupakan gaya nyanyian yang berbeda dari musik katolik, seperti musik Gregorian. Yang terpenting dalam musik Gregorian adalah perkembangan bentuk dan teknik polifonik.  Salah satu bentuk nyanyiannya adalah strofik  dengan stabilitas pembentukannya dari bait ke bait.  Bentuk strofik ini kemudian dipakai oleh para reformator dalam menciptakan syair-syair rohani.  Pada masa Protestan, musik gereja yang berkembang terutama adalah koor (choir) dan berdasas kepada harmoni.
Perkembangan koor[1] di gereja ‘ber-aliran Protestan’ menjadi pesat pada jaman sekarang ini, ‘koor’ ini telah mengambil bagian yang penting dalam tata ibadah gereja, sebagai contoh: di gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), hampir setiap ibadah gereja yang dilakukan pasti ada kelompok paduan suara yang melantunkan nyanyian saat ibadah kebaktian. Peneliti memandang perlu kenapa ‘koor’ harus ada dalam kebaktian, bagaimana seandainya bila ‘koor’ ditiadakan dalam kebaktian, apa yang terjadi?, adakah yang ‘hilang’ disana?. 
Untuk menjawab ini, perlu dilakukan kajian lebih lanjut agar jangan ada lagi keragu-raguan tentang keberadaan koor dalam ibadah gereja dan juga pendapat yang selama ini menjadi dilema ‘bahwa koor yang ada di HKBP’ terlalu banyak dan hanya ‘memperlama durasi ibadah saja”.
Paduan suara berasal dari kata ‘suara yang terpadu’ yang terdiri dari paduan suara besar atau kecil.  Dengan demikian paduan suara adalah bernyanyi secara serentak, terpadu dengan keselarasan volume yang baik dan terkontrol, mengikuti keselarasan harmoni dan juga memberikan interprestasi yang sedekat-dekatnya pada kemauan komposer (Harahap, 2005:1).  Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh jemaat yang bernyanyi dalam kegiatan ibadah kebaktian dapat dikelompokkan sebagai suatu paduan suara.
Pada masa dulu, istilah “koor” digunakan di dalam partitur nyanyian gereja untuk menandai bagian nyanyian yang harus dinyanyikan secara bersama-sama oleh seluruh jemaat atau yang harus diulangi oleh para penyanyi; jadi sama seperti fungsi refrein dalam partitur nyanyian sekarang ini[2].
Berdasarkan sejarah dapat ditemukan bahwa paduan suara unisono merupakan tipe paduan suara tertua karena pada masa-masa awal perkembangannya, kelompok biduan bernyanyi hanya dengan satu suara (belum dikenal kategori suara SATB).  Inilah paduan suara yang dikenal di dalam Alkitab, misalnya paduan suara imam-imam di Bait Allah atau paduan suara sejenis sesuai gender juga sudah dikenal sejak zaman Alkitab[3].
Di HKBP Helvetia istilah koor mengacu pada dua pengertian yaitu koor sebagai kelompok paduan suara gereja dan koor sebagai musik vokal kelompok koor yang ada di gereja HKBP Helvetia; koor sebagai musik vokal merujuk notasi atau partitur koor. 
Penulis yang aktif melayani sampai saat ini di gereja HKBP Helvetia sebagai song leader melihat bagaimana koor itu selalu ada dalam setiap acara ibadah kebaktian. Penulis ingin meneliti bagaimana fungsi koor menurut kelompok paduan suara gereja HKBP Helvetia.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan, yaitu mencari literatur-literatur yang berhubungan dengan objek penelitian  ini.        Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mendapatkan dasar – dasar teori dan menelaah literatur-literatur tersebut dengan penelitian dalam lingkup pengkajian dan penciptaan seni secara umum dan pembahasan koor secara khusus
Untuk mendukung pengetahuan dan pemahaman penulis dalam membahas permasalahan yang ada, maka penulis mempergunakan beberapa buku acuan.  Buku-buku acuan tersebut antara lain :
1.      James G. Salct and Percy M. Young. “Chorus”, The New Grove dictionary of Musik and Musicians, Vol. 4[4].  Kamus ini amat membantu penulis terutama untuk menguraikan tentang asal usul paduan suara, perkembangan paduan suara mulai dari zaman kuno, Abad Pertengahan, Renaisans, Barok hingga perkembangan paduan suara pada Abad ke-20.
2.      Alfred Simanjuntak, 2006. Kisah Kidung. Yayasan Musik Gereja di Indonesia, Jakarta. Memberikan informasi tentang berbagai sejarah penciptaan nyanyian gereja
3.      Buku Ilmu Melodi karya Dieter Mack pada bagian pertama disampaikan tentang Choral Gregorien dan beberapa contoh gaya melodi dari zaman ke zaman yang dianalisa untuk menciptakan bagaimana membuat melodi yang baik.  Tulisan ini sangat membantu untuk melihat cara menganalisa melodi dalam koor yang menyebabkan kesan ‘rasa’, sedangkan ritme meliputi berbagai kesan fungsional (tanda-tanda, suasana ritual, iringan musik) sampai dengan ide-ide siklus ’ritme kehidupan’.
4.      Buku Folk Song Style and Culture[5] karya Alan Lomax .  Buku ini berisi hasil analisis ilmiah tentang style dan budaya lagu-lagu rakyat.
5.      The Organ and Choir in Protestant Worship[6] (1968) karya Edwin Liemohn, berisi tentang Hasil Riset beberapa musisisi dari beberapa gereja tentang  perkembangan koor.
6.      Choral Music : Technique and Artistry karya Charles W. Heffernan. Buku ini berisi tentang partitur koor yang harus memperhatikan vokal, teknik koor dan seni koor.

3. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan metode kualitatif karena beberapa pertimbangan, yang pertama: menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, kedua: metode kulitatif menyajikan secara langsung hakekat hubungan antar peneliti dan responden, dan ketiga: metode kulitatif  ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola yang dihadapi.
Untuk mencapai tujuan dalam tulisan ini, penulis menggunakan dua metode yaitu: metode literatur dan metode wawancara.  Metode literatur adalah metode yang menggali tesis ini melalui buku-buku, majalah, surat kabar, kamus, dan artikel-artikel lainnya.  Metode ini  digunakan untuk menambah pengetahuan dan melengkapi/membantu metode literatur. Untuk memperoleh data/informasi dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis melakukan wawancara dengan Pengurus gereja HKBP Helvetia, kelompok Koor dan jemaat gereja. Dalam hal ini penulis bertindak sebagai instrumen untuk mengumpulkan data mengenai fungsi koor bagi mereka.
Letak geografis dari gereja HKBP Helvetia masuk dalam  kecamatan Medan Helvetia yang berbatasan dengan Medan Sunggal di sebelah Barat, Medan Barat di Timur, Medan Petisah di sebelah Selatan, Medan Marelan di sebelah Utara.  Gereja HKBP Helvetia ini diapit oleh satu jalan utama dan  dua jalan yang kecil/gang, yaitu; (1) sebelah kiri gereja HKBP Helvetia adalah Jalan Flamboyan IV; (2) sebelah kanan gereja HKBP Helvetia adalah Jalan Flamboyan III; dan (3) didepan gereja HKBP Helvetia adalah Jalan Mawar.  Posisi Gereja HKBP Helvetia tepat dilintasi oleh jalan utama di Perumnas Helvetia sebelah kiri dari jalan Bom, sehingga gereja HKBP Helvetia secara otomatis banyak dilewati oleh kendaraan pribadi maupun angkutan umum.
Masyarakat di lingkungan sekitar gereja HKBP terdiri dari masyarakat yang heterogen, yaitu; dihuni oleh berbagai suku, seperti; suku Batak lainnya (Karo, Simalungun, Mandailing), orang Jawa, orang Aceh, orang Padang dan orang India Tamil. Walaupun masyarakat di sekitar gereja HKBP Helvetia terdiri dari berbagai suku dan agama, masyarakat di sana dapat menjaga kerukunan beragama sehingga tercipta suasana yang damai dan hidup dengan tenteram.




4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Posisi Koor dalam Pelaksanaan Ibadah Minggu Di HKBP Helvetia
Ibadah minggu merupakan suatu kegiatan upacara keagamaan yang dipimpin oleh majelis gereja dan pelayan Tuhan.  Jemaat bersekutu dengan Allah dan Allah pun berfirman melalui ibadah.  Jemaat boleh lebih mengenal dan mengerti akan firman Tuhan serta membuat jemaat sadar untuk memuji penciptanya.  Dengan ibadah ini juga jemaat semakin diperbaharui sehingga menjadi manusia yang beriman serta mampu memancarkan kasih.
Ibadah adalah alat untuk menjalin pertemuan dalam kata-kata, dengan maksud bukan hanya untuk proklamasi dengan Allah, tetapi melalui pembacaan Alkitab, Khotbah, Pengampunan Dosa dan pemberitaan manusia dapat mengerti maksud tentang perjumpaan antara Allah dengan manusia atau umatNya dalam kebaktian.
Sebelum memulai Ibadah, Majelis Jemaat HKBP Helvetia berkumpul di konsistori mempersiapkan diri melayani Ibadah. Petugas-petugas yang melayani adalah majelis jemaat yang sudah ditentukan melalui roster/jadwal pelayanan.
Sebelum berangkat ke gereja, majelis jemaat berdoa memohon kekuatan Allah supaya segala pelayanan diberkati dan menjadi kemuliaan bagiNya. Setelah sampai di gereja, para petugas menempati posisi masing-masing. Liturgis sebagai pimpinan ibadah langsung mengambil tempat di altar. Kemudian Liturgis mengucapkan kata-kata sambutan kepada jemaat atas kedatangan mereka ke Bait suci dan diarahkan untuk bersungguh-sungguh mengikuti ibadah.
Urutan  kebaktian Minggu di gereja HKBP Helvetia adalah sebagai berikut:
-          Nyanyian Bersama
-          Votum-Introitus-Doa
-          Nyanyian Bersama
-          Pembacaan Hukum Taurat (Pelayan membacakan ke-10 Hukum Taurat dan membacakan pesan Tuhan mengenai hukum tersebut, ia dapat pula menggantinya dengan membaca bagian tertentu dari alkitab, konfessi, RPP)
-          Nyanyian Bersama
-          Pengakuan dan Pengampunan Dosa
-          Nyanyian Bersama
-          Membaca Epistel
-          Nyanyian Bersama
-          Pengakuan Iman
-          Koor
-          Warta Jemaat
-          Koor
-          Nyanyian Bersama sambil mengumpulkan persembahan I dan II
-          Khotbah
-          Nyanyian Bersama sambil mengumpulkan persembahan III
-          Doa Penutup (persembahan, Bapa Kami dan Berkat)
-          Jemaat menyanyikan : Amin-Amin-Amin.

Di Gereja HKBP Helvetia, kelompok ‘koor’ bernyanyi setelah selesai pengakuan Janji Iman, biasanya jumlah koor yang tampil adalah dua paduan suara sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan pada minggu berapa kelompok tersebut bernyanyi.
Gambar 1 : Koor Naposo Bulung[7] Gereja HKBP  Helvetia
(Dokumen Pribadi)


Gambar 2 : Koor Ina Par Ari Kamis Melantunkan Lagu
(Dokumen Pribadi)

4.2. Fungsi Koor Di HKBP Helvetia Menurut Jemaat
Kata “koor” merujuk pada pengertian ‘koor’ itu sebagai kelompok koor atau paduan suara. Dari hasil pengamatan dan hasil wawancara penulis dengan jemaat, anggota koor dan Majelis gereja HKBP Helvetia maka dapat ditemukan beberapa fungsi koor menurut mereka.  Adapun fungsi koor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sebagai wadah pendewasaan iman jemaat.
Kelompok-kelompok koor yang ada di gereja HKBP Helvetia membuat jadwal latihan koor sekali dalam seminggu. Dalam pelaksanaan latihan koor selalu diawali dengan kebaktian singkat. Melalui kegiatan ini anggota koor dibekali dengan materi-materi pendalaman Alkitab.
2.  Sebagai media untuk menghibur dan menguatkan jemaat yang sedang berduka/ kemalangan maupun dalam sukacita.

Pada umumnya, kelompok koor yang ada di HKBP mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART).  Dalam AD/ART ini telah diatur hak dan kewajiban tiap-tiap anggota.  Salah satu dari kewajiban itu adalah mengunjungi anggota yang sakit, kemalangan, berduka, dan pernikahan. Dalam setiap kunjungan ini, kelompok koor akan membawakan satu atau dua lagu koor yang sesuai dengan keaadaan yang dikunjungi (sakit, kemalangan, pernikahan, dan lain-lain).  
3. Komunitas koor menjadi wadah bertukar pikiran baik
Biasanya sebelum latihan koor dimulai, para anggota koor melakukan pembicaraan tentang pergumulan sehari-hari baik dalam hal keluarga, pekerjaan, anak, cita-cita, cinta, dan yang lainnya.
4. Merupakan wadah pembelajaran musik
Menjadi anggota satu kelompok koor mengharuskan seseorang mengikuti latihan koor dalam waktu yang sudah disepakati. Dalam latihan koor, anggota koor setidaknya mendapat pemahaman tentang teori-teori musik meliputi: cara membaca notasi angka, harga-harga not, tempo, dinamika, ekspresi, dan yang lainnya.

4.3. Ibadah Kebaktian Tanpa Koor Di Gereja HKBP Helvetia
Pada tahun 2009-2010 yang lalu terjadi ’krisis’ yang berkepanjangan di tubuh Gereja HKBP Helvetia dimana terjadi perbadaan pendapat antara otoritas gereja dengan jemaat sehingga perpecahan terjadi disana.  Salah satu perpecahan ini terlihat pada kelompok koor yang bernama Koor Ina Maria. Kelompok koor ini mengalami perpecahan di sesama anggota dan pengurus dalam hal adanya kecemburuan dalam mengisi acara-acara anggota koor yang kurang seimbang sehingga berlanjut samapai ke gereja.         
Pada suatu minggu, dua kubu bernyanyi di dalam ibadah gereja secara bergiliran sehingga memicu keributan dan acara ibadah yang sempat berhenti. Keadaan ini terus berlanjut pada minggu-minggu berikutnya yang mengakibatkan tidak kondusifnya ibadah kebaktian.
Berikut adalah hasil wawancara penulis dengan mantan Pendeta Ressort Helvetia mengenai peranan ’Koor” dalam ibadah gereja :
Mamereng kondisi na hurung kondusif, pemimpin gereja mar rapot dohot mambuat keputusan, ima mansohot ma sude par koor di parmingguon.   Di mulana i, hira na hurang do rasana molo dang adong koor diparmingguon alana nungga gabe budaya na turun-temurun.  Koor namansohot on hampir lobi hurang dua taon berlangsung, alasanna asa sude angka par koor mangantusi aha do fungsi utama angka koor diparminggua on.[8]
Terjemahan bebas:
Melihat kondisi ini, pimpinan gereja melakukan rapat dan mengambil keputusan meniadakan/moratorium koor dalam acara ibadah kebaktian minggu.  Pada awalnya, rasanya ada yang kurang dalam kebaktian itu sebab kebiasaan yang sudah turun-temurun harus ada koor dalam kebaktian minggu. Kebaktian tanpa koor berlangsung kurang lebih 2 tahun dengan tujuan intropeksi diri akan fungsi utama koor itu dalam kebaktian.
Bila melihat kejadian tersebut dapat kita pahami bahwa koor di dalam ibadah kebaktian minggu tidak menjadi suatu keharusan. Selama ini yang terjadi adalah hanya ”kebiasaan yang turun-temurun” yang kemudian dianggap sebagai kebenaran yang hakiki dan tidak ada toleransi untuk peniadaan koor dalam ibadah kebaktian minggu. Untuk dipahami bahwa fungsi koor bukanlah untuk memberikan sajian atau menghibur. Supaya jelas, baiklah kita melihat dulu apa sebabnya Gereja ber-Nyanyi.
Di Alkitab tercatat bahwa Tuhan Yesus ber-Nyanyi (Matius 26:30), ada kemungkinan Nyanyian itu berasal dari Mazmur 114-118 karena terjadi pada Perjamuan Paskah.  Tradisi Gereja yg ber-Nyanyi ini adalah kelanjutan dari tradisi Agama Yahudi yg memberi tempat penting bagi ber-Nyanyi dalam Ibadah di bait Allah (Tradisi ini bisa dilihat di Kitab Nyanyian Mazmur). Kemudian dalam perjalanannya, Murid-murid Tuhan Yesus mulai mengadakan kebaktian yang makin terpisah dari Ibadah Agama Yahudi, namun kebiasaan ber-Nyanyi ini tetap dilanjutkan (Kolose 3:16), ayat dalam Kitab Kolose ini mau memperlihatkan bahwa Nyanyian mempunyai fungsi Didaktis (Pengajaran) dalam menanamkan Firman Kristus dan untuk lengkapnya bahwa dari awalnya, Gereja memandang Nyanyian sebagai sarana Belajar dan Mengajar tentang Kristus (Efesus 5: 18-19)[9].

Siapa yg disuruh ber-Nyanyi oleh kedua ayat itu?  Jelas, semua warga Gereja.  Jadi Gereja adalah Umat yg ber-Nyanyi, sebab dengan ber-Nyanyi kita saling Belajar dan Mengajar tentang Iman dalam Kristus.
Berikut ini adalah wawancara tentang bagaimana peranan dan fungsi koor dalam ibadah kebaktian di gereja HKBP Helvetia.
Peran dan Fungsi koor pada hakikinya adalah memampukan Umat ber-Nyanyi. Paduan Suara/Koor bukanlah sekedar menghibur Umat melainkan memberi Contoh, Topangan, dan Dorongan kepada Umat untuk dapat ber-Nyanyi dengan baik dan benar. [10]
Mengapa perlu ada Contoh dan Topangan itu?  Sebab ber-Nyanyi tidaklah mudah, kita perlu belajar ber-Nyanyi dan tiap-tiap orang bisa belajar ber-Nyanyi.  Kalau Gereja tidak belajar ber-Nyanyi maka dalam Ibadah akan tampak kelemahan dan kejanggalan.
Kelemahan pertama adalah bahwa Umat/Jemaat kurang memahami sifat sebuah Nyanyian padahal tiap Nyanyian mempunyai Karakter, Pesan, dan Makna yg berbeda.  Banyak Orang mengira bahwa semua Nyanyian Gereja adalah Pujian padahal tidak semua Nyanyian Gereja merupakan Pujian, ada pula Nyanyian yg bersifat lain seperti, Penyesalan, Pengakuan Percaya, Penyerahan Diri, Pengucapan Syukur, Pengakuan Dosa, dll. Tiap karakter mempunyai cara pengungkapan tersendiri dimana Nyanyian yg bersifat Pujian cocok diungkapkan dengan perasaan gembira, tetapi Nyanyian yang bersifat Penyesalan atau Permohonan lebih cocok di Nyanyikan dengan Perasaan Syahdu.[11]
Berikut ini kelemahan lainnya yang sering terjadi.
Kelemahan lainnya yg sering terjadi adalah menyanyikan sebuah lagu dengan tempo yang keliru padahal tiap lagu termasuk pada kategori tertentu :  adagio, moderato, allegro dan sebagainya. Kelemahan lain juga adalah teknik pengambilan nafas pada tempat yang keliru.
Itulah sebabnya kita memerlukan Paduan Suara/Koor, Solois untuk memampukan Umat/Jemaat ber-Nyanyi dengan baik dan benar.  Untuk itu, Paduan Suara/Koor perlu terus menerus berlatih supaya benar-benar bisa menopang Umat ber- Nyanyi, memampukan Umat menyanyikan melodi Nyanyian dengan indah sambil menghayati jiwa kalimat-kalimat lagu itu, dan mengucapkan kata-kata Nyanyian itu dengan jelas dan terang yaitu; dengan artikulasi yang benar sesuai dengan aksentuasi lagu yang bersangkutan.
Dari pemaparan di atas maka sudah terjawab pertanyaan dalam latar belakang mengenai peranan koor dalam ibadah gereja.  Koor sebenarnya bisa ada dan juga tidak dalam ibadah kebaktian minggu di gereja HKBP Helvetia.  Fungsi utama koor itu yang perlu dipahami oleh seluruh anggota paduan suara yang ada agar dengan demikian koor itu bukan menjadi ‘merusak’ atau membuat jemaat ‘berdosa’ melainkan kehadiran koor itu dalam ibadah kebaktian membuat jemaat semakin dekat dengan hadirat Tuhan.
4.4. Aplikasi Pada Teori Fungsi Alan P. Merriam
Sesuai dengan konsep/teori menurut Merriam mengenai fungsi musik secara umum, penulis ingin melihat teori fungsi oleh Merriam dalam konteks di gereja HKBP Helvetia sebagai berikut:
1.      Fungsi Pengungkapan Emosional. Koor yang dinyanyikan dalam gereja HKBP Helvetia bukanlah semata mata hanya pengisi tata ibadah, tetapi nyanyian koor disesuaikan juga dengan kalender HKBP. Penyesuaian ini dapat mendukung kotbah dan lebih mempertajam pengungkapan makna iman dan perasaan yang tak dapat hanya diungkapkan dengan kata-kata.
2.      Fungsi Penghayatan Estetis. Nyanyian koor yang dinyanyikan bukanlah sekedar penampilan, tetapi mengekspresikannya dalam cerminan pada sikap iman kepada Kristus.
3.      Fungsi Komunikasi. Melalui puji-pujian yang di-Nyanyikan oleh kelompok paduan suara di gereja HKBP Helvetia dapat dipahami sebagai media komunikasi yang dipercaya dengan Tuhan.  Puji-pujian yang dinyanyikan adalah untuk menyatakan kesaksian iman kepada dunia tentang kebesaran Tuhan.
4.       Fungsi Perlambangan.  Kehadiran koor dalam ibadah kebaktian secara tidak langsung sudah menjadi simbol dari gereja HKBP secara umum. Hal ini tertuang dalam kotbah tertulis Eporus HKBP dalam Almanak HKBP 2011 yang menyatakan bahwa HKBP dikenal sebagai gereja yang bernyanyi.
5.      Fungsi Kesinambungan kebudayaan.  Melalui koor dalam bahasa Batak Toba dipercaya bahwa melalui koor ini setidaknya kesinambungan budaya dalam pemahaman bahasa Batak Toba akan berlanjut terus selama HKBP itu ada.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Koor tidak harus ada dalam ibadah kebaktian minggu di gereja HKBP Helvetia demikian juga HKBP secara umum, ini dapat dilihat apa sebenarnya hakekat dari koor tersebut dalam pandangan gereja.  Bila hakekat koor itu tidak sejalan dan hanya menjadi sumber ‘masalah’ dan menimbulkan ‘perpecahan’ maka lebih baik koor dalam ibadah kebaktian ditiadakan.
2.      Koor pada hakekatnya mempunyai fungsi Didaktis (Pengajaran) dalam menanamkan Firman Kristus. Gereja memandang koor sebagai sarana belajar dan mengajar tentang Kristus (Efesus 5: 18-19).
3.      Fungsi koor di HKBP HKBP Helvetia adalah: Sebagai wadah pendewasaan iman Jemaat (anggota kelompok koor); Mampu menghibur dan menguatkan jemaat yang sedang berduka/ kemalangan maupun dalam sukacita; Lambang kesuksesan; Komunitas koor menjadi wadah bertukar pikiran baik dalam pergumulan kehidupan sehari-hari maupun dalam hal pembicaraan tentang iman. Merupakan wadah pembelajaran musik bagi anggota koor dan jemaat lainnya; Sebagai pendukung Thema minggu dan kotbah.
4.      Aplikasikan teori fungsi musik Alan P. Merriam dalam konteks di gereja HKBP Helvetia adalah: fungsi pengungkapan emosional, fungsi penghayatan estetis, fungsi komunikasi, fungsi perlambangan, dan fungsi kesinambungan budaya.

Saran
1.      Para kelompok paduan suara hendaknya mempelajari koor-koor yang dengan memahami unsur-unsur musik dengan baik sehingga lagu yang dinyanyikan akan lebih baik.
2.      Reportoar lagu lebih diperluas lagi, jangan hanya menyanyikan lagu-lagu yang itu secara berulang-ulang, perlu ada penambahan lagu baru dari komponis di luar orang Batak.

DAFTAR PUSTAKA
Abineno, C. H. 2005.  Unsur-unsur Liturgi.  Jakarta: BPK Gunung Mulia.
                         1993. Ibadah Jemaat.. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Anscar, Chupungco. 1987. Penyesuaian Liturgi Dalam Budaya. Yogyakarta: Kanisius.
Brink. 1956.  Ibadah Mingu. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Ganap, Viktor. 1994. Mengapa Do Tetap. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nustama.
Hibbert dan Mike. 1988. Pelayanan Musik.  Yogyakarta: Yayasan Andi.
Lembaga Alkitab Indonesia. 2000. Holy Bible. Jakarta: LAI.
______________________. 2003. Alkitab. Jakarta: LAI.
Lembaga Literatur Baptis. 1968. Pengetahuan Dasar Musik Gereja. Bandung:  Lembaga Literatur Baptis.
Pardede, Boho. 2011. Koor Di Huria Kristen Batak Protestan: Analisis Sejarah, Fungsi dan Struktur Musik. Tesis Magister Pengkajian Seni-Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Siregar, Jannus. 1996.  Tata Kebaktian Minggu HKBP. Pematang Siantar: Pecetakan HKBP.






Riwayat Hidup Penulis
_____________
Kartini RM Manalu, lahir di Kampung Lalang, 21 April 1981. Sarjana Seni Musik (S1) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas HKBP Nommensen, 2004.  Saat ini sedang Studi S2 di Prodi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni dari Universitas Sumatera Utara (USU).  Dosen Tetap di Prodi Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni UHN.




[1] Istilah koor mempunyai pengertian sama dengan paduan suara
[2] Ibid.
[3] Ibid, hal., 5.
[4]  James   G, Salct and Percy M.  Young, “Chorus”,The New Grove dictionary of Musik and Musicians,Vol. 4, Macmillan Publisher Ltd, (London : Macmillan Publisher Ltd, 1980)
[5] Ibid.
[6] Edwin Liemohn, The Organ and Choir in Protestant Worship,Fortress Press, (Philadephia:1968)
[7] Koor Naposo Bulung sama artinya dengan Koor Muda/I  
[8] Wawancara dengan Pdt. S.J Hutagaol, S.Th tanggal 28 Desember 2011.
[9] Wawancara dengan Pendeta Ressort HKBP Helvetia, Pdt. A. Hutabarat, S.Th, tanggal 11 November 2011.
[10] Wawancara dengan St. M.J Manalu, SE tanggal 15 Desember 2011
[11]  wawancara  dengan St. S. Sibarani (Dirigen Koor Ama Gloria), tanggal 14 Januari 2012

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentarnya, GBU

CONTACT US:
SEKSI PEMUDA HKBP HELVETIA
Sekretariat : Jln. Mawar Raya No 27A Gedung Sekola minggu Lt. 2 HKBP Helvetia Medan
Telp : 061-8451060
 
TOP
SP-HKBP Helvetia Ress. Helvetia Distrik X Medan-Aceh : facebook | Google+ | Profil SP-HKBP | Peraturan Organisasi | HKBP Helvetia
Copyright © 2014. SEKSI PEMUDA HKBP HELVETIA RESSORT HELVETIA MEDAN - Allright Reserved | Privacy Policy
Design dan Template oleh: clinton hutauruk
OFFICIAL SITE by SP-HKBP Helvetia ress. Helvetia Medan